Mengenal Apa Long COVID

Mengenal Apa Long COVID

Mengenal Apa Long COVID, Penyebab, dan Pengobatannya

Mengenal Apa Long COVID adalah suatu sindrom yang terjadi ketika seseorang tetap mengalami gejala COVID-19 selama lebih dari 4 minggu atau berbulan-bulan setelah munculnya gejala akut. Terkadang, gejala kondisi ini dapat membaik dengan sendirinya, lalu muncul kembali secara berulang.

Mari pahami lebih lanjut mengenai penyebab, gejala, hingga cara mengatasi long COVID melalui ulasan berikut ini.

Apa itu Long COVID?

Kebanyakan kasus infeksi COVID-19 dapat sembuh dan mereda selama beberapa minggu. Namun, beberapa penderita mungkin akan tetap memiliki keluhan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, setidaknya pada 4 minggu setelah gejala awal muncul. Kondisi ini dikenal dengan istilah long COVID.

Long COVID adalah sindrom atau sekumpulan gejala yang muncul setelah mengalami COVID-19 akut. Beberapa istilah lain dari long COVID adalah post-COVID conditions, long-haul COVID, post-acute COVID-19, long-term effects of COVID, dan chronic COVID.

Berdasarkan durasinya, gejala long COVID bisa muncul dalam dua fase yaitu akut jika gejala menetap antara 3–12 minggu dan kronis jika gejala menetap lebih dari 12 minggu. Gejala long COVID dapat muncul setelah pulih atau kelanjutan dari penyakit awal.

Baca juga: Penyebab Alergi Susu Sapi

Penyebab Long COVID

Belum diketahui secara pasti apa penyebab long COVID. Namun, terdapat dugaan bahwa kondisi ini berkaitan dengan daya tahan tubuh yang lemah. Selain itu, sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami long COVID adalah sebagai berikut:

  • Lansia.
  • Berjenis kelamin perempuan.
  • Penderita penyakit komorbiditas, seperti diabetes, obesitas, penyakit ginjal kronis, penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit liver kronis, atau penerima transplantasi organ.
  • Memiliki riwayat gangguan mental, seperti gangguan cemas atau depresi.
  • Belum mendapatkan vaksinasi COVID-19.
  • Pernah terinfeksi COVID-19 secara berulang.
  • Pernah menderita COVID-19 yang parah dan membutuhkan perawatan di ICU serta memerlukan alat bantu napas.
  • Memiliki riwayat penyakit paru sebelumnya.

Gejala Long COVID

Long COVID dapat menimbulkan berbagai gejala baru, berulang, atau berkelanjutan yang terjadi selama lebih dari 4 minggu setelah terinfeksi COVID-19. Bagi sebagian orang, long COVID dapat berlangsung hingga berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun dan terkadang dapat mengakibatkan kecacatan.

Secara umum, gejala long COVID dapat berhubungan dengan beberapa sistem di dalam tubuh, seperti sistem pernapasan, saraf, jantung dan pembuluh darah, serta saluran pencernaan. Penelitian yang di lakukan oleh Kedokteran UI dan Rumah Sakit Persahabatan pada Maret 2021 menunjukkan bahwa tiga gejala yang paling umum dialami penderita long COVID adalah kelelahan, batuk, dan nyeri otot.

Adapun beberapa gejala yang kerap dialami oleh penderita long COVID adalah sebagai berikut:

Gejala umum:

  • Kelelahan dan lemas yang dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari. Gejala ini merupakan yang paling sering di keluhkan oleh penderita long COVID dan bisa berlangsung selama 3 bulan hingga 2 tahun.
  • Gejala yang memburuk setelah melakukan aktivitas fisik atau mental (juga di kenal sebagai “post-exertional malaise”).
  • Demam.

Gejala pada sistem pernapasan dan jantung:

  • Sesak napas.
  • Batuk.
  • Nyeri dada.
  • Jantung berdebar (palpitasi).

Pada sistem saraf (neurologis):

  • Gangguan kognitif yang membuat penderitanya kesulitan berpikir dan berkonsentrasi (di kenal sebagai brain fog).
  • Nyeri kepala.
  • Pusing saat sedang berdiri.
  • Perubahan pada indra pembau dan perasa.
  • Depresi.
  • Kesemutan.
  • Sulit tidur (insomnia).

Sistem pencernaan (digestif):

  • Sakit perut.
  • Diare.

Lainnya:

  • Muncul ruam merah pada kulit.
  • Perubahan siklus menstruasi.

Diagnosis Long COVID

Saat ini, tidak ada prosedur pemeriksaan yang pasti untuk menegakkan diagnosis long COVID. Pemeriksaan darah, rontgen dada, dan elektrokardiogram mungkin akan menunjukkan hasil normal meskipun seseorang memiliki gejala yang serius.

Untuk mendiagnosis long COVID, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, melakukan pemeriksaan fisik, dan mengumpulkan informasi tentang riwayat infeksi COVID. Beberapa penderita mungkin tidak dapat membuktikan bahwa mereka pernah mengidap virus tersebut, baik karena tidak pernah melakukan pemeriksaan ataupun tidak sadar jika sedang atau pernah terkena infeksi COVID.

Namun, dokter dapat menyarankan pasien untuk menjalani beberapa pemeriksaan penunjang sesuai dengan keluhan yang dialami, seperti:

  • Pemeriksaan laboratorium, terdiri dari tes darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hati, C-reactive protein (CRP), fibrinogen, D-dimer, dan troponin.
  • Pemeriksaan radiografi, seperti CT scan paru jika pasien mengalami keluhan yang berhubungan dengan saluran pernapasan. Dokter juga dapat melakukan CT scan atau MRI sistem saraf bila pasien mengalami gejala yang terkait dengan gangguan saraf.
  • Elektrokardiogram (EKG) dan USG jantung (ekokardiografi) jika pasien mengeluhkan gejala yang terkait dengan gangguan jantung dan pembuluh darah.

Pengobatan Long COVID

Pengobatan long COVID dapat di lakukan sesuai dengan bagian tubuh yang terdampak serta kondisi pasien secara keseluruhan. Namun, secara umum, beberapa metode yang dapat di lakukan dokter untuk menangani long COVID adalah sebagai berikut:

  • Pemberian obat analgesik, seperti parasetamol untuk membantu meredakan nyeri kepala, nyeri sendi, atau nyeri otot.
  • Injeksi steroid untuk membantu meredakan peradangan dan mengoptimalkan proses pemulihan.
  • Pemberian obat golongan beta-blocker untuk mengatur irama jantung dan fludrocortisone untuk mengendalikan tekanan darah.
  • Psikoterapi dan pemberian obat-obatan tertentu, seperti antidepresan dan anticemas jika long COVID menyebabkan gangguan kesehatan mental.
  • Pemberian antivirus, seperti nirmatrelvir atau ritonavir.

Selain itu, dokter juga dapat mengarahkan pasien untuk menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tidur yang cukup, berhenti merokok, dan menghindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan guna mengoptimalkan proses pemulihan.

Pasien juga akan di ajarkan untuk melakukan pemantauan kondisi tubuh secara mandiri, seperti memeriksa kadar oksigen darah menggunakan pulse oximeter, memantau tekanan darah, dan kadar gula darah secara rutin.

Pencegahan Long COVID

Cara terbaik untuk mencegah long COVID adalah dengan melindungi diri sendiri dan orang lain agar tidak terinfeksi. CDC (Centers for Disease Control and Prevention) merekomendasikan untuk selalu mengikuti perkembangan vaksinasi COVID-19, melakukan tes COVID-19 jika di perlukan, dan mencari pengobatan untuk COVID-19 jika terinfeksi.

Selain itu, terdapat langkah-langkah pencegahan tambahan yang bisa di lakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya long COVID, seperti menghindari kontak dekat dengan orang-orang yang terkonfirmasi atau di duga mengidap penyakit COVID-19, serta rutin mencuci tangan atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang tertular COVID-19 setelah vaksinasi lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami long COVID di bandingkan dengan orang yang tidak di vaksinasi.

Pada dasarnya, long COVID adalah kondisi yang perlu di tangani dengan tepat agar tidak memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Maka dari itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter melalui layanan Telekonsultasi jika Anda mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi tersebut.